Sunday, 23 December 2012
Thursday, 13 December 2012
Mentafakuri Fenomena Kesetiaan Primordial
Setiap
orang sudah tentu dikarunia suatu potensi yang disebut dengan kesetiaan
priomordial. Kesetiaan ini bermula pada status ascribed; status fitrah
yang diberikan secara langsung oleh Tuhan pada individu melalui
lingkungan informal (keluarga) dan nonformal (community/unit sosial
masyarakat setempat). Kesetiaan primordial merupakan status yang
didapat sejak dari lahir. Seperti kesetiaan dan bangga pada spesiesnya,
setia dan bangga pada jenis kelamin yang dimilikinya, kesetiaan dan
rasa bangga pada keluarganya, kesetiaan dan bangga pada agamanya,
kesetiaan dan rasa bangga pada lingkungan alam, community dan budayanya.
Kesetiaan primordial ini lah yang kemudian melahirkan sikap siap
sedia untuk membela yang dibanggakan, dan dianggap penting tersebut.
Seringkali kesetiaan primordial mengatasi atau melampaui akal sehat.
Kesetiaan pada sesuatu yang dibawa sejak lahir ini seolah menjadi harga
mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ukuran kebenaran logika yang
telah menjadi kebenaran ilmiah sekalipun tidak akan mampu membuat
kesetiaan primordial berubah.
Sunday, 2 December 2012
Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang...
DiciptakanNya materi (zat-zat) yang berbeda-beda seperti air, api,
tanah. Dan Dia telah menetapkan hukum2Nya spy substansi, esensi dan
fungsi-fungsi (hakekat)nya tetap terjaga dalam dirinya masing2 demi
manfaatnya bagi manusia ketika mereka bersinergi dalam sistem
(sunatullah).
DiciptakanNya lingkungan keluarga (unit sosial
informal), masyarakat setempat (unit sosial nonformal). Dan Dia telah
menetapkan hukum2Nya supaya substansi, esensi dan fungsi-fungsi
(hakekat)nya tetap terjaga dalam dirinya masing2 demi manfaatnya bagi
manusia ketika mereka bersinergi dalam sistem (sunatullah).
DiciptakanNya manusia sebagai mahluk yang paling dimuliakanNya dengan
diberikanNya akal dan hati nurani sehingga menjadi berbeda secara
kontras dengan mahluk lainnya. Dan Dia telah menetapkan bagi mahluk
manusia hukum2Nya supaya substansi, esensi dan fungsi-fungsi (hakekat)
nya tetap terjaga dalam golongannya (spesiesnya), demi manfaatnya bagi
manusia dan alam non manusia itu sendiri ketika mereka bersinergi dalam
sistem (sunatullah).
Mengapa Allah telah menetapkan hukum2nya atas mahluknya?
Karena,
Friday, 23 November 2012
Ilustrasi Pendidikan Nonformal
Dlm
Pendidikan Nonformal seseorang yg mrasa dianugrahi ilmu agama, stiap
sepulang mencari nafkah tanpa perlu legalitas, melaksanakan mengajar
ngaji anak2 sekampungnya. Dlm proses perjalanannya, kmudian orangtua2
secara ikhlas rutin berinfak/bersodaqoh untuk pengadaan dan penambahan
alat bantu belajar dan untuk tambah2 penghasilan pa Ustadz yg tlah
ikhlas mengajarkan ilmu agama pd anak2nya...
Dlm Pendidikan
Nonformal tukang kayu, tukang tembok, tukang servis
kendaraan/elektronik, tukang jahit, tanpa persyaratan formal terbuka
menerima pemuda yg tuna ilmu, keterampilan dan tuna karya untuk magang
menjadi laden bangunan, asisten servis, asisten menjahit. Sbg suatu
proses alami dimilikinya ilmu/keterampilan spesifik tukang kayu, tukang
tembok, tukang servis, tukang jahit yg menjadi landasan kemampuan
sbg pemborong bangunan yg handal, sbg pengada jasa servis besar, sbg
konveksi pakian berjaringan luass
Dlm Pendidikan Nonformal SEYOGYANYA para mahasiswa/mahasiswi
Dlm Pendidikan Nonformal SEYOGYANYA para mahasiswa/mahasiswi
Tuesday, 20 November 2012
Reason Konsep Pendidikan Non Formal dan Pendidikan Luar Sekolah
Sebelum
ada konsep dan praktik-praktik PLS, masyarakat atau unit sosial non
formal telah memiliki sistem berbagi pengetahuan, ilmu dan keterampilan
diantara warganya, yg kemudian dinamakan dgn pranata (sistem)
pendidikan non formal. Dalam prosesnya dilandasi oleh suatu kesadaran
bahwa masyarakat itu tiada lain adalah bentuk dari keluarga yang telah
meluas extended family (gemeinscaft by blood/ gemainscaft by place)
saja. Maka dahulu sebelum warga-warga masyarkat terkontaminasi oleh
konsep PLS dan terpengaruh oleh praktik-praktik PLS , setiap warga
masyarakat menganggap bahwa warga masyarakat lainnya itu adalah saudara.
Apalagi bagi umat Islam. Bukankah kata Rassulullah setiap orang Islam
itu bersaudara. Sehingga dlm pelaksanaan transfer /transformasi
/internalisasi pengetahuan, ilmu dan keterampilan atau proses pendidikan
non formalnya pun tidak perlu transaksional (masak k
e
saudara sendiri segalanya harus perhitungan). Tidak perlu program, tdk
perlu
Monday, 19 November 2012
KRITERIA ILMU PENGETAHUAN

KRITERIA ILMU PENGETAHUAN
Banyak orang berdiskusi tentang perbedaan antara pengetahuan ilmiah
dan model-model pengetahuan lainnya. Untuk menjawab persoalan tersebut,
tentu saja hakikat ilmu pengetahuan harus lebih dulu dipahami. Persoalan
hakikat ilmiah merupakan masalah yang pertama-tama harus dijelaskan
sebelum mempersoalkan prosedur kerja pengetahuan itu sendiri. Sebab
bukan tidak mungkin sesuatu yang dalam anggapan umum diterima sebagai
‘yang ilmiah’ namun ternyata tidak dapat dikategorikan ilmiah, demikian
pula sebaliknya (Wilardjo, 1999: 59-60).
Ilmu-ilmu lahir sebagai
konsekuensi dari adanya banyak persoalan dalam kehidupan manusia dan
persoalan-persoalan itu diketahui sebagai yang tidak dapat terselesaikan
dalam pengetahuan sehari-hari. Setiap ilmu harus dapat memecahkan
masalah demi mencapai kejelasan serta kebenaran kendati bukan merupakan
suatu kebenaran final (yang mutlak). Kebenaran dan kejelasan yang
disajikan oleh proses ilmiah merupakan jawaban yang selalu terbuka untuk
diuji, diuji kembali dan terus diuji oleh siapapun, dalam batas-batas
yang dimungkinkan oleh prosedur ilmiah itu sendiri (Kebung, 2011: 68).
Seorang filsuf, matematikawan, sekaligus ‘bapak’
rasionalisme-positivis abad XX, Karl Popper, menyatakan bahwa ilmu
senantiasa bertolak dari situasi ketegangan antara dua fenomena.
Fenomena pertama adalah manusia selalu merasa memiliki cukup banyak
pengetahuan. Sementara fenomena kedua adalah manusia seringkali tidak
menyadari bahwa ketidaktahuannya tidak terbatas. Karena itu titik
pangkal setiap pengetahuan adalah problematika kehidupan, dan bukan
pengamatan atau pengumpulan fakta (Taryadi, 1991: 21-37). Karena itulah,
menurut Popper, untuk mendalami suatu hal lebih bermanfaat mempelajari
setiap benturan (tabrakan) opini (pendapat, gagasan) mengenai suatu hal
daripada melakukan pengamatan kesana kemari tetapi tanpa mengetahui akar
persoalannya. Setiap teori, gagasan maupun tindakan, menurut Popper,
harus memberi solusi atas persoalan. Maka karena itulah, sebagai suatu
solusi tentatif (sementara), setiap teori atau gagasan ilmiah harus
dikritik untuk ditemukan kesalahannya (Taryadi, 1991: 118).
Senada
dengan Popper, A.G.M. van Melsen, mengemukakan delapan ciri ilmu
pengetahuan. Kedelapan ciri tersebut adalah (van Melsen, 1985: 65-67):
1. Secara metodis ilmu pengetahuan harus mencapai pemahaman yang
koheren. Hal ini menunjukkan adanya sistem kerja (metode) yang logis.
2. Ilmu harus dihadirkan tanpa pamrih karena terkait dengan tanggungjawab ilmuan.
3. Ilmu harus bersifat universal, kendati simpulan-simpulan tentatifnya hanya dapat diimplementasi secara parsial.
4. Setiap ilmu harus dibimbing oleh obyek tertentu (termasuk manusia).
5. Ilmu harus dapat diuji ataupun diverifikasi oleh setiap peneliti
ilmiah yang terkait dengan core keilmuan dimaksud dan karena itu ilmu
harus bersifat intersubyektif atau harus dapat dikomunikasikan.
6.
Suatu jawaban ilmiah harus pula mengundang jawaban dan penemuan baru
sehingga harus selalu siap untuk menerima persoalan yang makin kompleks.
Hanya karena itulah ilmu menjadi lebih dinamis, progresif (berkembang),
dan selalu berubah.
7. Setiap teori yang mendukung suatu keilmuan harus terbuka untuk dikritik berdasarkan temuan-temuan baru.
8. Ilmu harus dapat diimplementasikan sebagai wujud hubungan timbal balik antara teori dan praktek.
Berdasarkan uraian van Melsen, menjadi jelas apa yang layak disebut
ilmu pengetahuan dan apa yang tidak bisa dikategorikan sebagai ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan memilki 3 (tiga) status yang saling
terkait, yakni: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Meminjam istilah
Jujun S. Suriasumantri, ontologi, epistemologi dan aksiologi adalah
rancangan atau gambar arsitektur setiap ilmu (Suriasumantri, 1992: 33).
Banyak orang berdiskusi tentang perbedaan antara pengetahuan ilmiah dan model-model pengetahuan lainnya. Untuk menjawab persoalan tersebut, tentu saja hakikat ilmu pengetahuan harus lebih dulu dipahami. Persoalan hakikat ilmiah merupakan masalah yang pertama-tama harus dijelaskan sebelum mempersoalkan prosedur kerja pengetahuan itu sendiri. Sebab bukan tidak mungkin sesuatu yang dalam anggapan umum diterima sebagai ‘yang ilmiah’ namun ternyata tidak dapat dikategorikan ilmiah, demikian pula sebaliknya (Wilardjo, 1999: 59-60).
Ilmu-ilmu lahir sebagai konsekuensi dari adanya banyak persoalan dalam kehidupan manusia dan persoalan-persoalan itu diketahui sebagai yang tidak dapat terselesaikan dalam pengetahuan sehari-hari. Setiap ilmu harus dapat memecahkan masalah demi mencapai kejelasan serta kebenaran kendati bukan merupakan suatu kebenaran final (yang mutlak). Kebenaran dan kejelasan yang disajikan oleh proses ilmiah merupakan jawaban yang selalu terbuka untuk diuji, diuji kembali dan terus diuji oleh siapapun, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh prosedur ilmiah itu sendiri (Kebung, 2011: 68).
Seorang filsuf, matematikawan, sekaligus ‘bapak’ rasionalisme-positivis abad XX, Karl Popper, menyatakan bahwa ilmu senantiasa bertolak dari situasi ketegangan antara dua fenomena. Fenomena pertama adalah manusia selalu merasa memiliki cukup banyak pengetahuan. Sementara fenomena kedua adalah manusia seringkali tidak menyadari bahwa ketidaktahuannya tidak terbatas. Karena itu titik pangkal setiap pengetahuan adalah problematika kehidupan, dan bukan pengamatan atau pengumpulan fakta (Taryadi, 1991: 21-37). Karena itulah, menurut Popper, untuk mendalami suatu hal lebih bermanfaat mempelajari setiap benturan (tabrakan) opini (pendapat, gagasan) mengenai suatu hal daripada melakukan pengamatan kesana kemari tetapi tanpa mengetahui akar persoalannya. Setiap teori, gagasan maupun tindakan, menurut Popper, harus memberi solusi atas persoalan. Maka karena itulah, sebagai suatu solusi tentatif (sementara), setiap teori atau gagasan ilmiah harus dikritik untuk ditemukan kesalahannya (Taryadi, 1991: 118).
Senada dengan Popper, A.G.M. van Melsen, mengemukakan delapan ciri ilmu pengetahuan. Kedelapan ciri tersebut adalah (van Melsen, 1985: 65-67):
1. Secara metodis ilmu pengetahuan harus mencapai pemahaman yang koheren. Hal ini menunjukkan adanya sistem kerja (metode) yang logis.
2. Ilmu harus dihadirkan tanpa pamrih karena terkait dengan tanggungjawab ilmuan.
3. Ilmu harus bersifat universal, kendati simpulan-simpulan tentatifnya hanya dapat diimplementasi secara parsial.
4. Setiap ilmu harus dibimbing oleh obyek tertentu (termasuk manusia).
5. Ilmu harus dapat diuji ataupun diverifikasi oleh setiap peneliti ilmiah yang terkait dengan core keilmuan dimaksud dan karena itu ilmu harus bersifat intersubyektif atau harus dapat dikomunikasikan.
6. Suatu jawaban ilmiah harus pula mengundang jawaban dan penemuan baru sehingga harus selalu siap untuk menerima persoalan yang makin kompleks. Hanya karena itulah ilmu menjadi lebih dinamis, progresif (berkembang), dan selalu berubah.
7. Setiap teori yang mendukung suatu keilmuan harus terbuka untuk dikritik berdasarkan temuan-temuan baru.
8. Ilmu harus dapat diimplementasikan sebagai wujud hubungan timbal balik antara teori dan praktek.
Berdasarkan uraian van Melsen, menjadi jelas apa yang layak disebut ilmu pengetahuan dan apa yang tidak bisa dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memilki 3 (tiga) status yang saling terkait, yakni: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Meminjam istilah Jujun S. Suriasumantri, ontologi, epistemologi dan aksiologi adalah rancangan atau gambar arsitektur setiap ilmu (Suriasumantri, 1992: 33).
Diskusi Menarik

TANGGAPAN TERBUKA UNTUK MBAK Pandu Putri S.
Alhamdulillah diskusi kali ini, sekarang sudah memperlihatkan struktur
sbg suatu dialectic yang mengarahkan pada pencapaian kejalasan
substansi, esensi dan fungsi dalam arti sebenarnya dari setiap masing2
subsistem pendidikan...Statement mbak Pandu Putri S yang berbunyi
"dimana posisi pls? Secara jelas, PLS berada dalam peran pelengkap atau
pengganti pendidikan formal dalam UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003". Telah
menempatkan PLS secara Jelas dan Tegas kedalam SUBSISTEM PENDIDIKAN
FORMAL.Hal ini terlihat dari makna intrinsik dan ekstrinsik/implisit dan
eksplisit/tersirat dan tersurat, kalimat 'PLS BERADA DALAM PERAN
PELENGKAP DAN PENGGANTI PENDIDIKAN FORMAL'... Maka konsekwensi logis
dari kalimat tersebut,(yang tidak mengandung arti lain) adalah bahwa
term Sub sistem pendidikan in formal dan nonformal tidak bisa di klaim
sebagai ranah atau obyek forma dari sub sistem pendidikan formal...
Penjelasan lain da
ri kalimat yang dimulai
dengan tanda ' dan diahiri dengan tanda ' diatas adalah bahwa
seharusnya PLS tidak memasukan SUBSISTEM PENDIDIKAN INFORMAL DAN
NONFORMAL SEBAGAI OBYEK/SUBYEK KAJIAN DAN PRAKTIKNYA... Bila kemudian
PLS tetap menganggap subsistem pendidikan informal dan nonformal sebagai
subyek/obyek kajian dan praktiknya, maka dengan demikian PLS tidak
ajeg/konsisten dengan konsep ilmiah yang ada di DALAM BUKU-BUKU INDUK
PLS YANG BERBUNYI " PLS SEBAGAI SUBSTITUSI, SUPLEMEN DAN
TANGGAPAN TERBUKA UNTUK MBAK Pandu Putri S.
Alhamdulillah diskusi kali ini, sekarang sudah memperlihatkan struktur sbg suatu dialectic yang mengarahkan pada pencapaian kejalasan substansi, esensi dan fungsi dalam arti sebenarnya dari setiap masing2 subsistem pendidikan...Statement mbak Pandu Putri S yang berbunyi "dimana posisi pls? Secara jelas, PLS berada dalam peran pelengkap atau pengganti pendidikan formal dalam UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003". Telah menempatkan PLS secara Jelas dan Tegas kedalam SUBSISTEM PENDIDIKAN FORMAL.Hal ini terlihat dari makna intrinsik dan ekstrinsik/implisit dan eksplisit/tersirat dan tersurat, kalimat 'PLS BERADA DALAM PERAN PELENGKAP DAN PENGGANTI PENDIDIKAN FORMAL'... Maka konsekwensi logis dari kalimat tersebut,(yang tidak mengandung arti lain) adalah bahwa term Sub sistem pendidikan in formal dan nonformal tidak bisa di klaim sebagai ranah atau obyek forma dari sub sistem pendidikan formal... Penjelasan lain da
Alhamdulillah diskusi kali ini, sekarang sudah memperlihatkan struktur sbg suatu dialectic yang mengarahkan pada pencapaian kejalasan substansi, esensi dan fungsi dalam arti sebenarnya dari setiap masing2 subsistem pendidikan...Statement mbak Pandu Putri S yang berbunyi "dimana posisi pls? Secara jelas, PLS berada dalam peran pelengkap atau pengganti pendidikan formal dalam UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003". Telah menempatkan PLS secara Jelas dan Tegas kedalam SUBSISTEM PENDIDIKAN FORMAL.Hal ini terlihat dari makna intrinsik dan ekstrinsik/implisit dan eksplisit/tersirat dan tersurat, kalimat 'PLS BERADA DALAM PERAN PELENGKAP DAN PENGGANTI PENDIDIKAN FORMAL'... Maka konsekwensi logis dari kalimat tersebut,(yang tidak mengandung arti lain) adalah bahwa term Sub sistem pendidikan in formal dan nonformal tidak bisa di klaim sebagai ranah atau obyek forma dari sub sistem pendidikan formal... Penjelasan lain da
ri kalimat yang dimulai
dengan tanda ' dan diahiri dengan tanda ' diatas adalah bahwa
seharusnya PLS tidak memasukan SUBSISTEM PENDIDIKAN INFORMAL DAN
NONFORMAL SEBAGAI OBYEK/SUBYEK KAJIAN DAN PRAKTIKNYA... Bila kemudian
PLS tetap menganggap subsistem pendidikan informal dan nonformal sebagai
subyek/obyek kajian dan praktiknya, maka dengan demikian PLS tidak
ajeg/konsisten dengan konsep ilmiah yang ada di DALAM BUKU-BUKU INDUK
PLS YANG BERBUNYI " PLS SEBAGAI SUBSTITUSI, SUPLEMEN DAN
Sunday, 18 November 2012
PROSES BELAJAR SEPANJANG HAYAT ADALAH PROSES PENDIDIKAN FITRAH MANUSIA.
Sebenarnya manusia selalu ada dalam proses BELAJAR di SEPANJANG HAYATNYA. Namun krn banyakan TEORI2 ILMU PENDIDIKAN FORMAL yg didasari oleh filsafat yg menampikan CAMPUR TANGAN ALLAH SEBAGAI MAHA PENDIDIK, menjadikan PENDIDIKAN YG SEKARANG DIANGGAP BENAR HANYALAH MANAKALA PROSES PENDIDIKANNYA DIKONDISIKAN OLEH SESAMA MANUSIA DAN MENDAPAT LEGITIMASI SERTA LEGALISASI DARI MANUSIA....Padahal dengan MENGHAYATI FENOMENA ALAM, FENOMENA SOSIAL SERTA MASALAH YANG SEDANG DIHADAPI DENGAN SEPENUH MENGHADIRKAN KESADARAN kemudian menghasilkan INSIGHT ITU JUGA BAGIAN DARI PROSES PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT. Socrates, Plato, Aristoteles, Al kindi, Al
Labels:
al jabar,
al kindi,
aristoles,
belajar,
copernicus,
decrates,
Formal,
galileo,
ibnu rus,
ibnu sina,
isac,
isac newton,
legalisasi,
legitimati,
newton,
penemu,
plato,
sepanjang hayat,
socrates
Saturday, 17 November 2012
PENGEMBANGAN SUB SISTEM-SUB SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA YANG HAKEKATI
Sejiwa
dgn pokok bahasan artikel yang berjudul ' KONSEP PLS LAHIR DARI KETIDAK
UTUHAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL, UNIT SOSIAL IN FORMAL, UNIT SOSIAL NON
FORMAL DAN UNIT SOSIAL FORMAL', bila pranata pendidikan in formal dan
pranta pendidikan non formal dibuat lagi pranatanya dr sudut pandang
formal, maka pranata pendidikan in dan non formal akan tereduksi oleh
kemampuan akal pikiran manusia yg subyektif. Hakekatnya menjadi bias dan
tidak akan asli lagi (original) lagi. Malah akan menjadi pranata
pendidikan yang sekarang sudah kita kenal yaitu PLS.
Bila ingin
konsekwen dgn hakekat pranta (sistem) pendidikan in formal yg ada dlm
unit sosial informal dan hakekat pranta (sistem) pendidikan non formal
yg ada dlm unit sosial non formal, maka siapapun harus menghargai
hakekat pendidikan informal dan non formal.
KONSEP PLS LAHIR DARI KETIDAK UTUHAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL UNIT SOSIAL INFORMAL, UNIT SOSIAL NON FORMAL DAN UNIT SOSIAL FORMAL.
Kemungkin
besar dahulu pd saat membahas/memahami sosiologi ada beberapa bahasan
yg terlewatkan. Sehingga konsep, informal,nonformal dan formal hanya
dianggapkan sebgai klasifikasi hasil pemikiran pendidikan untuk
keperluan KAPLINGISASI pendidikan saja...Pada ahirnya konsep informal,
nonformal dan formal tercerabut dari substansinya sbg unit sosial yg
harus dipandang secara utuh (sistemik) dan sendiri2, krn masing2 telah
memiliki hakekat kespesifikannya.
Konsep unit sosial scr keilmuan sebetulnya sudah merujuk pada pengertian sistem. Artinya setiap sesuatu yg disebut unit sosial di dalamnya telah lengkap PRANATAnya. Pranata adalah satu set aturan yang mengatur seluruh aktifita
Konsep unit sosial scr keilmuan sebetulnya sudah merujuk pada pengertian sistem. Artinya setiap sesuatu yg disebut unit sosial di dalamnya telah lengkap PRANATAnya. Pranata adalah satu set aturan yang mengatur seluruh aktifita
GARIS BESAR IDE PEMBENTUKAN PRODI/JURUSAN STUDI PENDIDIKAN PENGEMBANGAN SOSIAL (SPPS).
Studi Pendidikan Pembangunan Sosial (SPPS) adalah suatu Jurusan di Perguruan Tinggi yang memiliki konstruk sistem ilmu spesifik dalam memahami hakekat dan fungsi pendidika in formal, non formal dan formal. dalam implementasinya memiliki kemampuan spesifik mensinergikan ketiga sistem tsb dalam proses pengembangan masing2 subsistem pendidikan dlm kerangka pembangunan sistem sosial Pancasilais bangsa Indonesia sebagai negara kesatuan yg berideologikan Pancasila.
Kata Studi memberikan arti pada upaya aqidah dan ilmiah yg terarah,
Friday, 16 November 2012
PLS jurusan yang tidak jelas dan harus di ......
Jurusan
PLS (Pendidikan Luar Sekolah) berdiri sejak tahun 1982 (khususnya di universitas
saya) sebagai pengganti jurusan IPPS. Pada awalnya jurusan PLS ini memang
memiliki regulasi hukum yang jelas karena dianggap dapat berkontribusi dalam
pembangunan negara kita. Namun seiring berjalannya waktu tepatnya pada tahun
2003 karena revisi undang undang SISDIKNAS, jurusan Pendidikan Luar Sekolah
hingga sekarang tidak lagi memiliki regulasi hukum yang jelas karena PLS tidak
dimuat didlam UU SISDIKNAS Tahun 2003. Bahasa
hukum adalah bahasa yang sudah diuji secara ilmiah dan untuk bahasa hukum
sendiri tidak dapat diimpelmentasikan lain selain maksud dari bahasa hukum
tersebut.
INSTROSPEKSI DIRI MELALUI SEJARAH NUSANTARA DAN INDONESIA.
Generasi
ke 3 dari penduduk yg menghuni teritori nusantara yg waktu itu sedang
di kolonisasi oleh Belanda, dirinya dan penduduk lainnya tidak pernah
merasakan sedang dijajah. Karena begitu mereka lahir, Belanda sudah ada.
Belanda sudah memegang kendali kekuasaan di daerah tempat tinggalnya.
Mereka suka tidak suka, sadar tidak sadar harus bersedia menjalankan
perintah dari sang penguasa.
Dalam alam sadar mereka yaitu generasi
ke 3 sampai generasi sebelum orang2 nusantara yg dikolonisasi belanda
ada yg bersekolah ke luar negeri, kondisi yang ada dan dirasa waktu itu
adalah kondisi yg sudah seharusnya terjadi (wajar).
Mereka merasa
sedang tidak dijajah. Mereka menganggap Belanda sudah seharusnya
mengatur mereka, krn ilmu dan fisiknya lebih di banding dgn mereka
sendiri.
Thursday, 15 November 2012
ILUSTRASI PENDIDIKAN IN dan NONFORMAL BERBASIS VIMOBORA (Virus Motiv Berprestasi Orientasi Ridho Allah)
Ujang seorang anak duafa yg hanya mampu menuntaskan sekolah formalnya sampai tingkatan ahir program wajib belajar yg dibiayai oleh pemerintah.
Sebetulnya ia ingin melanjutkan sekolah formal ke tingkatan yg lebih tinggi lagi, tapi sebagai anak yg dibesarkan dan didik informal religius oleh kedua orang tuanya, yg menumbuhkan sikap rasa rumasa yg tinggi, keinginan tsb tidak lantas secara instan disampaikan pada orang tuanya. Ujang lebih memilih jalan diskusi dengan Khaliknya (bertafakur). Cara yang seperti ini yg Ujang ketahui sering dilakukan orang tuanya bila menghadapi segala permasalahan hidup dan kebiasaan itu kini menjadi milik dirinya.
Dalam proses tafakur yg di anggap sebagai jalan untuk meminta petunjuk dan Ridho Allah mengenai keinginan melanjutkan sekolah formal nya tersebut, Ujang menempatkan kondisi yg dihadapinya sebagai bahan pertimbangan. 1,kondisi keduafaan orang tuanya. 2, kondisi adik2nya yang masih membutuhkan biaya untuk membeli baju seragam, sepatu sekolah, buku pelajaran, alat tulis dan ongkos transportasi ke sekolah. 3, kondisi ibunya yang sering sakit2an akibat memforsir diri membantu ayahnya yang hanya sebagai buruh tani. 4, kondisi kurangnya ustadz yang mengajar baca tulis Al Quran di mesjid
Disebuah Rumah Tua di Lembur Singkur
Ma.., sdh dua
tahun ujang melamar kerja, tp sampai skrgpun blum ada panggilan...Sing
sabar ujang, mungkin blum waktunya...Iya ma, ujang malu ama ema, hanya
bisa ngerepotin aja, barangkali ilmu SMA ujang belum dianggap cukup
untuk kerja...Jgn punya pikiran spt itu jang, ema mah ridho. Kumaha atuh
pami ujang melanjutkan skolah lagi ke yg lebih tinggi, mudah2 spt cep
reynold putranya haji enjuh, pan setelah tmat ti sakola luhur teh teu
lami janten guru sma...ujang juga inginnya spt itu ma, tapi gmana ma,
kan tuk tamat sma aja ujang sudah menghabiskan empat kotak sawah
peninggalan alamrhum bpk, sdkan sisa enam kotak lagi, yg empat kotaknya
untuk biaya sekolah si ade dan yg dua kotaknya lagi untuk makan
kita....upami memang ujang tos buled tekadna mau nerusin sekolah lagi
mah , jual aja semuanya tuk biaya kuliah, mungpung si ade masih kls
dua sd. biarin untuk makan ema jeung ade sehari2 mah, ema mau buburuh
nyawah sakatanagaana. Sugan pas ade ka SMA ujang tos tamat tolab elmuna
sareng tos gaduh damel matuh tur tos gaduh gajih anu banyak.
Ciri ciri Orang Formal Dan Nonformal
CIRI2 ORANG YG MEMILIKI POTENSI FORMAL: 1. Hanya percaya pd ilmu formal, 2. hanya mau belajar dan betah hidup di lingkungan formal,3. Lebih suka distruktur oleh aturan formal, 4. Memandang manusia bukan dr kemuliaan unsich sbg mahluk yg tlah dimuliakan oleh Sang Khalik yg Maha Mulia, tetapi dr segi ilmu formal, kedudukan formal artificialnya dan materinya yg telah dimilikinya. 5. Inisiatif dan kreatifitasnya bersifat stimulus transaksional.
Pendidikan Fitrah Untuk Anak Usia Dini.
Hampir ada disetiap kepla org2, baik yg terdidik, maupun yg sdg tolab. Ini lah akibat dr cara2/praktek pend formal sudah diadopt mentah2 dan yg kemudian mendarah daging...disangkanya mendidik itu hanya dgn cara verbal/lisan/kata2, spt ngajar anak2 sd/smp/sma/pt...Masa usia dini memiliki dimensi tersendiri yg menuntut cara tersendiri yg hrs diberikan oleh org dewasa. Usia dini memiliki potensi yg luar biasa, makanya disebut golden age...Potensinya itu adalah kekuatan mengingat konsep, sikap/ perilaku, tindakan dan keunggulan dalam meniru apa yg telah menjadi bagian dr pengalaman yg didapat pancaindranya. Jadi pada masa anak usia dini, orang tua; Ayah, ibu, kakak, atau tante, nenek/kakek yg srg berinterkasi dgnnya cukup
Hanya Sebuah Usulan
Indah, Mulia,
Transaparan, Terarah, Mendasar, Fungsional, bila Jurusan PLS diganti
namanya dgn Jurusan Studi Pendidikan dan Pengembangan sosial.
Visi: Masyarakat Terdidik Religius (Master)
Missi : 1. Menumbuh Kembangkan ViMoBoRA, 2. Menyebarluaskan ViMoBoRA (Virus Motif Berprestasi Orientasi Ridho Allah).
Prinsif Studi:1. Ada yg melihat tdk ada yg melihat tetap amanah dan berprestasi,2. Ada yg menilai tdk ada yg menilai tetap amanah dan berprestasi,3. Ada stimulus tdk ada stimulus tetap amanah dan berprestasi. Krn hanya Allah lah yang Maha Melihat, Maha menilai, Maha memberi rizki, maha memberi ilmu yg manfaat dan maslahat, maha memudahkan niat ikhlas, maha mencegah perbuatan munkar dan keji.
Garis Besar Kurikulum: 1. Filsafat
Visi: Masyarakat Terdidik Religius (Master)
Missi : 1. Menumbuh Kembangkan ViMoBoRA, 2. Menyebarluaskan ViMoBoRA (Virus Motif Berprestasi Orientasi Ridho Allah).
Prinsif Studi:1. Ada yg melihat tdk ada yg melihat tetap amanah dan berprestasi,2. Ada yg menilai tdk ada yg menilai tetap amanah dan berprestasi,3. Ada stimulus tdk ada stimulus tetap amanah dan berprestasi. Krn hanya Allah lah yang Maha Melihat, Maha menilai, Maha memberi rizki, maha memberi ilmu yg manfaat dan maslahat, maha memudahkan niat ikhlas, maha mencegah perbuatan munkar dan keji.
Garis Besar Kurikulum: 1. Filsafat
Pemerkosaan Dunia Nonformal-Informal oleh Formal.
Klo terjadi perdebatan yg cukup membara mengenai PLS, hal ini cukup bisa dimaklumi...krn PLS memiliki sifat hermaphrodite...PLS merupakan hasil akibat PNFI digagahi oleh Formal...dlm konteksnya orang2 formal (yg biasa menggunakan ilmu formal, hidup di dunia formal, menggunakan ukuran dan cara2 formal, dan lebih cenderung memakai sistem harapan formal) mencoba memahami dunia non formal dan in formal dari cara pandang formal ,untuk demi sebuah loncatan perubahan (dlm ukuran/parameter ilmu sosial yg kadung terjerat dlm positivistik yaitu ukuran empirik yg beroientasi pd kesejahteraan materi yg membabai buta. Tak peduli ikatan sosial rusak/silaturahmi pecah
Moment Syukur Nikmat
Ketika pancaindra
menangkap dua bayang sejoli tua renta terkulai lemah dilantai kotor
beralas selimut kumal di gubuk kumuh sempit. Dua raga kering kerontang
itu terbujur layu tak berdaya di makan usia, digerogoti penyakit,
didera kepapaan yang teramat sangat dan dicabik cabik keputusasaan
tanpa sedikitpun secercah harapan penghiburan ... Anak tempat bersandar
dari letihnya kehidupan, titian tuk bangkit dari kegetiran, tongkat
penyangga dari kerapuhan nasib, tempat melarikan diri dari kepiluan
hidup; juga tak berdaya dipecundangi kehidupan. Ia tidak lagi menjadi
bilangan penggenap dari kekurangan dan kelemahan, malah ia menjadi
bilangan penyempurna kepedihan.... Rumah2 mewah
Menerangkan yang Seharusnya Sudah Terang
Hadis mengungkapkan, "carilah ilmu sampai ke negeri China"
Dikaitkan dengan arti ilmu dlm pengertian bhs Arab yang hanya untuk konten agama(ayat kauliah) dan alam/teknologi (ayat kauniah), berarti yang harus dicari itu adalah ilmu alam/teknologi , krn china pada saat itu teknologinya sudah maju (ditemukan nya sutra, kertas, bubuk misiu dll).
Nabi Muhammad tak mungkin menganjurkan umatnya mencari ilmu agama ke negeri china untuk
Sekelumit Asal Usul istilah Ilmu.
Kata ilmu berasal dr Bhs Arab 'ilm yg berarti "pengetahuan", lawan kata dari djhal "kebodohan". Kata 'ilm pd satu pihak berkaitan dgn hilm dan pada pihak lain berkaitan dgn sejumlah istilah2 lain, yg definisinya dpt ditemukan dlm artikel2 yang relevan: ma'rifa, fikir, hikma, shu'ur, tetapi kata yang paling erat berhubungan dengannya adalah ma'rifa.
TESIS dan ANTI TESIS KEBENARAN MANUSIA
Tesis
premis mayor: manusia mahluk subyektif
premis minor: otak/akal/pikiran bagian dari manusia
premis minor: panca indra adalah bagian dr manusia.
Silogismanya: sesuatu yang dihasilkan akal dan atau pancaindra manusia adalah subyektif...
Anti tesis
Premis mayor : manusia mahluk fitrah.
Premis minor : otak/akal/pikiran bagian dari manusia
Premis minor : panca indra adalah bagian dari manusia
Silogismenya : Sesuatu yang dihasilkan akal dan atau pancaindra manusia adalah Fitrah.
Kemungkinan besar manusia tidak akan tahu dan paham akan kebenaran, namun ia MERASAKAN kebenaran...
Manusia tidak tahu dan paham keadilan, tetapi manusia MERASAKAN rasa keadilan...
Selama manusia membutuhkan barang
Ilmu Sosial atau Wahyu Tertulis kah Pedoman Habluminannas ?
Mungkinkah terjadi aktivitas pendistribusian (perdagangan/jasa) yang melahirkan regulasi dan pengawasan (administrasi) bila tidak ada aktivitas sektor ril yaitu aktivitas eksplorasi, eksploitasi dan manipulasi (Produksi)?
Dan mungkinkah terjadi proses aktivitas produksi bila tidak ada benda alam fisik materi yang merupakan bahan dasar atau obyeknya?
Serta mungkinkah ada bahan dasar atau obyek sektor ril bila tidak ada yang menciptakannya?
Sistem Sosial Masyarakat Baduy Wujud Kehidupan Supra empiris
Bila
ada lingkungan masyarakat di dunia, dimana ketenangan, keselarasan
hidup menjadi ciri yang sangat mendominasi dalam seluruh segi dan
aspeknya dan nilai kemuliaan manusia diletakan diatas nilai2 artifisial,
barangkali lingkungan masyarakat Baduy lah salah satu diantara
lingkungan masyarakat sejenis yang dipastikan sudah sangat langka dewasa
ini.
Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang sangat mandiri. Seluruh kebutuhan dan peralatan hidupnya dari mulai perumahan, pakaian, peralatan memasak, peralatan mata pencaharian mereka penuhi dgn mempergunakan kemampuan sendiri sesuai dengan tradisi turun temurun dan daya dukung lingkungan alamnya.
Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang sangat mandiri. Seluruh kebutuhan dan peralatan hidupnya dari mulai perumahan, pakaian, peralatan memasak, peralatan mata pencaharian mereka penuhi dgn mempergunakan kemampuan sendiri sesuai dengan tradisi turun temurun dan daya dukung lingkungan alamnya.
Labels:
Baduy,
masyarakat,
nomotetik,
Supra empiris,
tradisi
Kebenaran Semu...
Bila kebenaran hasil konsensus manusia seluruh pengisi dunia sekarang TERNYATA BERTENTANGAN secara ekstrim/kontras dengan kebenaran yang sebenarnya, dan dengan kebenaran yang diyakininya tersebut mengorientasikan titik arah dan tindakan perjalanan proses kehidupan manusia di muka bumi menjadi berlawanan arah dengan garis kebenaran yang sebenarnya. Maka dengan kondisi fisik bumi yang bulat ini kemungkinan besar dalam proses perjalanan kehidupannnya tersebut, manusia akan menemukan/sampai pada titik kebenaran yang seharusnya.
Kefitrian Hati S'orang Ibu
Jam dua dini hari selasa di Blanakan pantai utara Subang, seorang ibu setengah baya di pinggir jalan desa yang sepi sedang sibuk sendirian menghidupkan api tungku peralatan mematangkan penganan serabi dagangannya dengan hanya diterangi sinar remang lampu cempor.
Baginya tidur tiga jam di setiap malamnya adalah anugrah yang lebih dari cukup sebagi lanjutan dari anugrah keterjagaan dimana ia mampu menyerap smua limpahan kasih sayang Tuhannya yang dirasakannya tak terperikan, mensyukurinya dan kemudian membagikannya kembali kasih sayang itu kepada dua anak darah dagingnya sendiri yang sudah dititipkan oleh suaminya sebagai wasiat terahir yang paling berharga dalam hidupnya menjelang kepergian abadinya.
Kehidupan Yang Sangat Aneh
Ketika bom atom ditemukan oleh akal manusia, dimana dengan akal ini konsep kemanusiaan dirumuskan, namun akal ini pula yang memutuskan dipergunakannya bom penyebar angkara murka tersebut untuk mencabut beribu ribu nyawa manusia secara langsung maupun kematian dan kecacadan permanan kemudian yg disebabkan oleh radiasinya yang belum terpikirkan cara mengatasinya.
Ketika ilmu hukum dipelajari dan ditetapkan untuk menjadi acuan
MEMAKNAI KEFITRAHAN MANUSIA
Merujuk pada keterangan kitab suci, ruh adalah dzat yg hidup diberbagai alam (alam ruh, alam rahim, alam ahirat). Ketika ruh masih di alam ruh, ia sudah berjanji dihadapan Tuhannya bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan dari segala mahluk.
Dengan peristiwa perjanjian primordial ruh dangan Tuhannya, bisa ditafsirkan sebagai hubungan yang intimasi, dimana ruh memiliki kedekatan dengan Tuhannya, dan hal ini berimplikasi menghasilkan persepsi bahwa Ruh merupakan sesuatu yang istimewa dan di istimewakan Allah. Persepsi lain yang bisa timbul dari kedekatan antara ruh dan Tuhannya adalah bahwa ruh itu suci sehingga bisa berhadapan langsung dengan Tuhan yang maha suci. Kesucian dan keistimewaan ruh terlihat juga dari rujukan keterangan pada peristiwa penyatuan ruh pada raga manusia, dimana ruh dihembuskan langsung oleh Allah, disamping keterangan lainnya yang lebih memperkuat bahwa hanya Allah lah yang mengetahui alam ruh.
Maka bisa dimengerti dan diimani bila ruh, sebagaimana keterangan kitab suci hanya sedikit diketahui manusia.
Pendidikan Yang Berbasis Kefitrahan.
Fenomena rasa rindu, sayang, merasa hangat,merasa tenang, merasa aman dan nyaman yang timbul di diri seorang anak kaitan dgn orang tuanya, ketika sedang jauh secara fisik dan ketika berada dekat dgnnya berasal dan sebagai efek dari keikhlasan/ketulusan sikap dan tindak orang tua pada anaknya.
Keikhlasan niat, sikap dan tindak orang tua pada anaknya tersebut, merupakan sikap fitrah/alami yang timbul dari qalbunya (satu2nya entitas sumber fitrah manusia) dengan tanpa sedikitpun terselip maksud2 yg transaksional (maksud pamrih) sebagai bentuk maksud artifisial yang menjadi ciri khas kerja akal sbg perangkat untuk mempertahankan hidup keduniawian materi yg fana belaka.
Kondisi perlakukan orang tua pada anaknya ini, adalah kondisi yang sering
Pendidikan Dalam Renunganku Seorang
Pendidikan sulit tuk dikatagorikan ilmu, ia adalah fenomena natural/ cultural. dipikiran teu dipikiran, diayakeun maupun ditiadakan, dikondisikeun teu dikondisikeun secara sadar, pendidikan akan tetap ada dan akan berjalan mengiringi pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam ruang dan waktu (fitrah/kodrati).
Adapun pendidikan formal ngaborojol /lahir (dikondisikan dan dikendalikan oleh negara) karena dilatar belakangi oleh keperluan negara dalam mentransformasikan ideologi yang dianut pada warga negaranya, agar warga negara memiliki cara pandang yang sama sebagaimana diinginkan negaranya. Hal ini dipandang perlu agar pemerintah negara dimudahkan dalam mengatur kehidupan bernegara masyarakatnya dlm rangka menuju cita2 negaranya.
Setelah revolusi industri yg mendorong mewabahnya
Labels:
artifisial,
Formal,
jabatan,
pangkat,
pendidikan,
renungan
Dari Kehidupan Fitrah Menuju ke Kehidupan Artifisial (semu) dan Kembali Ke Kehidupan Fitrah
Manusia lahir fitrah, karena adanya kasih sayang yang mendasari ikatan hubungan diantara kedua orang tuanya, dan kemudian atas dasar kasih sayang itu, anak menjadi terlindungi keamananannya, kesehatannya, dan tercukupi kebutuhan fisiologis dan psikologisnya sehingga ia menjadi bekal sbg manusia yg eksis di tengah kehidupan masyarakatnya...
Kasih sayang sbg entitas fitrah yang manifes dan terimplementasikan dalam kehidupan keluarga menjadi metode atau mekanisme alami yang mendasar penyebab seseorang bisa bertahan dan melangsungkan hajat hidupnya.
Masyarakat yang sudah ada sewaktu seseorang dilahirkan, keberadaannya juga karena mekanisme kasih sayang tanpa pamrih dari keluarga keluarga pembentuknya ( masyarakat terbentuk dari keluarga2).
Dengan fungsi kasih sayang yang ada dalam masyarakat kehidupan seseorang menjadi tercukupi kebutuhan hidup lainnya.
Labels:
artifisial,
dilahirkan,
fitrah,
Ilmu,
kehidupan,
rasa rumasa,
Sains
MANUSIA MAHLUK SUPRA EMPIRIS
Manakala manusia sebagai mahluk subyektif mengambil keputusan tertentu (mengeneralisir/deduksi) tentang fenomena spesiesnya melalui pikirannya, maka keputusannya tersebut juga adalah subyektif.
Dengan demikian arti hidup bahagia adalah konsep subyektif, karena persepsi dibangun atas potensi rasional empiris.
Kalaupun memasukan paham idealisme di dalamnya, hal itu bukan berarti sama sekali tidak terlepas dari pikirannya. Manusia tidak bisa berpikir dalam arti imparsial, karena ia tidak bisa menjadi lain kecuali dirinya yang terikat oleh keterbatasan kedirian, ruang dan waktu.
Menalar Makna Kebenaran Sains
Pernahkah kita meragukan sesuatu ? jawabnya pasti sering.
Tapi pernahkah kita meragukan kebenaran ilmu, khususnya ilmu sosial ?
Mengapa kita tidak pernah mempertanyakan kebenaran sains sosial tsb yang menjadi the state of the art-nya ilmu pendidikan ?
Mengapa kita tidak pernah mempertanyakan mengapa pendidikan itu dikatagorikan ilmu?
Mengapa kita tidak pernah mempertanyakan PLS dan PNFI ? dan mengapa pula kita tidak pernah mencari penjelasan ontologis, epistemologis dan aksiologis dari persamaan, perbedaan dan kaitan PLS dan PNFI serta term formal, non formal dan informal yang terpisah dari term pendidikan ?
Goedel sendiri sebagai pakar matematik, ingin membuktikan keraguannya atas kebenaran matematika. Walau sayang untuk menguji kebenaran matematik ia malah menggunakan pikiran matematikanya.
Suatu kebenaran tentulah tidak bisa lahir dan dinyatakan begitu saja serta tidak semestinya diterima begitu saja.
Kebenaran harus memperlihatkan konsistensi kebenaran un sich nya, setelah melalui berbagai pengujian dan terutama oleh perangkat, alat, atau kaidah2 metode di luar metode kebenaran itu di temukan.
Dalam kondisi realnya untuk membuktikan kebenaran adanya ular hitam di dalam ruangan gelap gulita tidak hanya dibutuhkan pendengaran tapi juga penglihatan
Labels:
disipliner,
empirisme,
Formal,
holistik,
idiologi,
Informal,
interdisipliner,
logika,
metode,
netralitas etik,
Nonformal,
obyektif imparsial,
paradigma,
parsial,
Pendidikan Luar Sekolah,
PNFI,
rasionalisme,
Sains
GAMBARAN IDEAL KAMPUNG NAN PANCASILAIS
Kampung yang hanya terdiri dari dua Rukun Tetangga itu, daerahnya terisolir dari wlilayah wilayah RT lainnya dalam satu kesatuan wilayah ke Rukun Wargaan. Hampir seluruh warga kampung tersebut bermata pencaharian mengelola sawah yang masing2 kepemilikan are pesawahan bila di rata2 kan tdk lebih dari seratus tumbak/bata. Yang menarik dari kampung tersebut adalah adanya lumbung padi dan kotak amal yang permamanen dalam satu bangunan sederhana yang terbuka dan bertempat di pusat kedua wilayah RT tsb.
Lumbung tempat menyimpan padi tersebut sebagian besar di isi oleh hasil panen dari sawah yg di garap bersama warga kampung dari sawah hak guna garap yg sengaja di beli oleh seseorang dari kota untuk warga kampung tsb, dan sebagian lagi diisi dari hasil panen sawah seluruh warga yang memang sengaja disisihkan untuk itu dari setiap musim panennya.
Bila seluruh warga dalam
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN
Apa iya anak usia balita harus dididik di lembaga formal...bukankah masa itu seorang balita milik lembaga in formal...?
Apakah harus seorang anak balita di didik oleh orang dewasa yang bukan kluarga dekatnya yg tidak memahami nilai2 yang dianut kluarganya hanya demi untuk mengembangkan kognitif atau intelektualnya....?
Apakah memang potensi intelektual/kognitif/rasional empiris lebih penting di banding potensi naqli...?
Apakah wajar bila usia balita sudah diperkenalkan pada dunia formal (Gemeinschaft) yang nyata2nya dibentuk untuk mengejar pamrih dunia...?
Ada baiknya orang Indonesia yang sudah merasa dewasa, atau walau masih dalam katagori dewasa umur belum masuk pada katagori dewasa secara mental iman pun, untuk memikirkan secara arif tentang bagaimana pendidikan yang baik dan benar menurut kebenaran wahyu untuk anak, khususnya balita. John Lock pernah mengutarakan proposisi analitik spekulatifnya (apriori), bahwa anak itu adalah tabularasa, bagaikan kertas putih.Bila ditulisi dgn tinta merah, tulisan merah lah jadinya.
Menurut hemat saya, analogi John Lock di atas tidak bisa dianggap tepat sepenuhnya, sebab apa yang dimaksud dgn putih, adalah fitrah yang tidak bisa direkayasa/manipulasi oleh manusia. Artinya dia akan tetap selamanya putih. Adapun yang dipengaruhi
Kalau Bisa Hindari
Hindari pemakaian kata mencipta pada anak.. Hal ini untuk menumbuhkan rasa rumasa sbg mahluk tdk daya upaya. Manusia hanya diberikan kewenangan merekayasa
Invisible Hand
Berapa juta orang diseluruh dunia yg merasa disakiti hatinya dgn teramat sangat oleh orang lain, dan karena rasa sakit hatinya yg luar biasa itu mereka ingin membalas sakit hatinya dgn cara membunuh orang yg telah menyakitinya. Mereka telah meniatkannya, memikirkan strateginya....Tetapi mungkin hanya sedikit skali dari jutaan rencana angkara murka tersebut yg terealisasi, yg justru kebanyakannya yg terbunuh itu karena tidak direncanakan ...
Mungkin hampir setiap orang di dunia ingin mendapatkan kekayaan melimpah, dan mungkin kebanyakan diantaranya ingin mendapatkannya dengan cara melawan hukum....Tetapi yakin bahwa jumlah orang yg melaksanakan kejahatan itu dalam realisasinya sangat sedikit. Dan dari jumlah pelaksana kejahatan itu yg berhasil menikmati hasilnya jumlahnya jauh lebih sedikit di banding dgn kebanyakan yang mendapatkan kenyataan yg sebaliknya, yaitu penjara...
Pada hakekatnya orang selalu menginginkan
Labels:
Amerika,
China,
Dunia,
Inggris,
Invisible Hand,
kebenaran,
Khaliq,
Korea Utara,
Nuklis,
Prancis,
Rusia
Indahnya Kebersamaan
Sholat dzuhur di mesjid ini serasa shalat jumatan. Mesjid yang ukurannya cukup besar, dipenuhi oleh orang muslim dari berbagai strata sosial yang akan melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.
Yang sangat menarik setelah sholat selesai didirikan dan para jemaahnya melaksanakan kegiatan ibadah tambahan lainnya, kaum perempuan yg jumlah tidak bisa dikatagorikan sedikit, ngantri masuk kemesjid dgn tertib meletakan berbagai macam hidangan makan siang yang tata caranya terlihat sudah sangat biasa. Diantara wanita yang membawa makanan tersebut nampak juga mereka2 yg tidak berjilbab, ada yg terlihat spt etnis Tionghowa, malah ada beberapa yg terlihat etnis Indonesia bagian timur yang sangat mungkin bukan muslimah.
Para wanita tersebut dalam perilaku antar sesamanya nampak begitu cair, terlihat akrab dan hangat. Seperti layaknya hubungan perempuan kakak beradik.
Setelah selesai menyusun makanan ses
Keniscayaan Illahi
Kalau memang semua manusia adalah ciptaan Mu, maka bumi yg Engkau ciptakan dengan segala isinya adalah milik bersama.
Berarti jikalau kekayaan dunia di bagi rata pada manusia, maka bila ada yg memiliki kekayaan di atas rata2, pastilah ada org yg kekayaannya di bawah rata-rata...
Berarti jika kepintaran Engkau untuk manusia di bagi rata, maka bila ada yg kepintarannya diatas rata2, pastilah ada org yg kepintarannya di bawah rata-rata....
Sebuah Refleksi Rasa Rumasa sbg Mahluk Tiada Daya dan Upaya.
Tak ada satupun mahluk termasuk dari jenis manusia yg telah dianugrahi akal dan qalbu sekalipun dilibatkan Tuhan dalam proses penciptaan kehidupan di alam jagat raya fana ini... MENGAPA ???
Pastilah akal dgn kemampuan mempersepsi dan mengkonsepsi akan menyodorkan berbagai jawaban spekulatif. Dan pastilah jawaban2 yang coba disodorkan akal tersebut tidak akan bisa dikatagorikan benar alias tidak tepat.
Akal hanya akan bisa beroperasi bila ada masukan data data empiris dan pancaindra lah organ tubuh manusia yang memiliki kemampuan
Ilmu Fitrah dan Ilmu Artifisial
Dalam era kehidupan milenium sekarang, ilmu semakin bertambah
banyak, mungkin karena sebagai kondisi penyerta dari realitas kehidupan
sosial manusia yg semakin kompleks dan terspesialisasinya keahlian yg
bisa jadi akibat dari implementasi tuntutan kebutuhan manusia yg konon
tidak terbatas selama hidupnya.
Dalam pengertian ini juga mengandung makna rujukan lain bahwa relitas dunia dicabik cabik pendjadi sepihan sepihan kecil atau menjadi kapling kapling , demi untuk mencari eksistensi keilmuan kumaha aing, yg berujung pada kepemilikan hak paten sebagai kemasan yg cukup cerdik untuk menyembunyikan maksud2 kepemilikan materi sbgai ujung dari segala maksud dan aktivitasnya.
Namun walaupun demikian, ilmu yg bak jamur di musim hujan sekarang ini bisa dikelompokan menjadi dua katagori, (1). ilmu fitrah, (2) ilmu artifisial.
Ilmu fitrah adalah ilmu yg lahir dari wahyu tertulis
Dalam pengertian ini juga mengandung makna rujukan lain bahwa relitas dunia dicabik cabik pendjadi sepihan sepihan kecil atau menjadi kapling kapling , demi untuk mencari eksistensi keilmuan kumaha aing, yg berujung pada kepemilikan hak paten sebagai kemasan yg cukup cerdik untuk menyembunyikan maksud2 kepemilikan materi sbgai ujung dari segala maksud dan aktivitasnya.
Namun walaupun demikian, ilmu yg bak jamur di musim hujan sekarang ini bisa dikelompokan menjadi dua katagori, (1). ilmu fitrah, (2) ilmu artifisial.
Ilmu fitrah adalah ilmu yg lahir dari wahyu tertulis
Sebuah Refleksi dari Rasa Rumasa sbg Anak Bangsa
Perkembangan fenomena ilmu,apalagi ilmu sosial sngt menghawatirkan. Ilmu hanya terlihat dari gelarnya saja...Bgitu di tes di pasar bebasnya ilmu sosial yaitu masyarakat, terlihat sangat tidak berdaya...klo pun bisa sedikit berfungsi, bila org yg punya ilmu tsb masuk ke dlm sistem yg sengaja dibuat oleh pemerintah (walau kesempatannya sangat terbatas), atau oleh
Labels:
anak bangsa,
empiris,
fenomena,
gelar,
ilmu sosial,
ironis,
masyarakat,
refleksi,
sarjana,
tragis
Juri yg adil
Jika terjadi perselisihan antara rasio empiris yg diprediksikan secara subyektif oleh manusia dgn azas2 yg melekat pada benda alam fisik materi (ilmu alam), maka juri yg adil adalah hasil uji laboratorium...
Tetapi bila terjadi perselisihan antara rasio empiris mengenai fenomena manusia sebagai mahluk supra empiris subyektif (ilmu2 sosial),
Rasional Empiris VS Pikiran Murni
argumen yg mengalir dari implementasi akal pikiran manusia secara apriori maupun aposteriori akan sangat mungkin bisa dipatahkan dengan argumen lainya yg lahir melalui mekanisme serupa. Hal ini sbg konsekwensi dari ilmu sosial yg menempatkan manusia mahluk subyektif ditempatkan sbg obyek pengkajiannya (subyek yg punya kehendak sendiri scr subyektif mengkaji subyek yg juga memiliki kehendak subyektifnya/subyek mempelajari subyek).
Silogisme Fenomen dan Noumen
Kalau
Nabi Muhammad SAW, dalam kesehari hariannya di tuntun oleh wahyu yg
kemudian setelah di tulis menjadi Alquran dan yg melengkapinya di sebut
hadist...maka masyarakat madani (civil society) yg tercipta pada
zamannya Rasulullah saat itu di Madinah murni merupakan manifestasi
ketataan Rasul dan kaumnya pada wahyu dari Tuhannya...... Dan kalau
Alquran merupakan wahyu yg paling lengkap dan dijaga dari kesalahannya
sampai ahir jaman... maka pada jaman sekarangpun masyarakat madani bisa
terwujud bila orang2nya berpegang teguh pada tali Allah dan sunah
RasulNYa .
Dan bila Rasulullah dalam hadistnya menganjurkan kaumnya untuk tolab ilmu ke negeri China...maka yakin yg perlu dicari bukanlah ilmu sosial, tetapi ilmu alam/teknologi...karena pada saat itu cina sbg pionir penemuan beberpa teknologi, spt sutra, mesiu dan kertas,... dan masyarakat madani bukan dikonstruks oleh ilmu sosial yg spt skrg, sehubungan pada saat itu ilmu sosial belum ada, tetapi dikonstruk melalui wahyu Allah yg ada dlm Alquran dan Hadist.
Bila sekarang kita masih yakin pada pendapat bahwa ilmu sosial yg ada
Dan bila Rasulullah dalam hadistnya menganjurkan kaumnya untuk tolab ilmu ke negeri China...maka yakin yg perlu dicari bukanlah ilmu sosial, tetapi ilmu alam/teknologi...karena pada saat itu cina sbg pionir penemuan beberpa teknologi, spt sutra, mesiu dan kertas,... dan masyarakat madani bukan dikonstruks oleh ilmu sosial yg spt skrg, sehubungan pada saat itu ilmu sosial belum ada, tetapi dikonstruk melalui wahyu Allah yg ada dlm Alquran dan Hadist.
Bila sekarang kita masih yakin pada pendapat bahwa ilmu sosial yg ada
Ijtihaj Sebagai Cara Menemukan Realitas Kebenaran Hakiki yg Representatif di Setiap Jaman.
Kalau memang dunia ini fitrah karena diyakini diciptakan oleh yg Maha fitrah...Mungkinkah realitas kebenaran hakiki bisa ditemukan oleh org2 yg menolak prinsip2 kefitrahan krn hanya menerima potensi akli dgn menolak potensi naqli yg berakibat dlm proses pencariannya pun di tempuh dgn cara2 yg tidak fitrah....?
Silogismenya...
Jika realitas dunia dibentuk dari fenomena keseimbangan realitas yg terlihat berlawanan, dan ijtihaj merupakan hasil proses akomodasi potensi akli dan naqli sbg hal yg dianggap terlihat berlawanan scr seimbang, maka pencarian kebenaran realitas hakiki hanya bisa ditemukan melalui proses ijtihaj....
bukan dgn metodologi science yang hanya mengandalkan potensi akli dan pancaindra belaka.
Dengan demikian kita bisa menerima bahwa
Labels:
artificial,
filosofi,
fitrah,
hakiki,
kebenaran,
metodologi,
potensi,
realitas
Metafor Pendidikan dan Pengajaran
Metafor bila fungsi pendidikan dan pengajaran yg beradasarkan idiologi Pancasila berjalan dgn baik... Dgn pengajaran, kognisi dan psikomotor seseorg berfungsi optimal dan berdampak pd kemandirian secara ekonomi shg mampu menempatkan diri dia atas garis kemiskinan...
Labels:
idiologi,
kognisi,
metafor,
pendidikan,
pengajaran,
psikomotor
Struktur Sosial Dehumanistik Smakin Memperlebar Jurang Kemisikinan
Selama cara pandang manusia thd kehidupan semata mata brangkat dr konstruk pemikiran yg dibangun oleh positivistik yg sarat kepada pemujaan realitas empirik (sbg contoh: ilmu sosial yg menempatkan manusia sbg obyek penelitiannya memakai metodologi ilmu alam fisik materi. hal ini mengindikasikan manusia diidentikan dgn benda alam fisik materi. Maka ... Lihat Selengkapnyadlm hal ini saja tlah terjadi dehumanisasi). Shg Selama itu pula manusia akan menempatkan nilai kemanusiaan selalu di bawah nilai materi, maka kemiskinan yg memang tdk akan bisa dihapuskan dimuka bumi ini (krn pembanding/pemberi makna bagi konsep kaya), tdk saja hanya berarti menunjuk pd minimnya nilai ekonomi yg dimiliki sesorang ttp juga sudah merupakan pengertian dari akumulasi direndahkannya
JURUSAN PLS ATAU JURUSAN STUDI PENDIDIKAN NONFORMAL INFORMAL(PNFI)
Untuk sampai pd keputusan, kita harus memiliki kepahaman yg luas dan mendalam ttg PLS. Kajian kembali filsafat secara umum, idiologi Pancasila sbg falsafah negara, UU SISDIKNAS, Sosiologi dan Antropologi masyarakt Indonesia yg heterogen, kajian keilmuan pendidikan, dan faktor2 yg melatar belakangi pragmatisme praksis PLS yg terjadi skrg ini, merupakan hal yg urgen demi mampu mengurai benang kusut/karut marutnya pendidikan Indonesia yg berimbas pada praksis PLS.
Filsafat umum intinya merekomendasikan bahwa upaya pendidikan
HUKUM POSITIVISME AUGUSTE COMTE MENCEGAH BERLOMBA LOMBA DALAM KEBAIKAN
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Kalimat dalam surat Al- Baqarah ayat 148 dalam kalimat "Maka berlomba lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan" pada masa sekarang sudah sangatlah sulit untuk mencapainya karena bagi kebanyakan orang kebaikan ini berkaitan dengan materi (contoh: nilai UN, penghargaan kejuaraan dll). Berlomba lomba dalam kebaikan ini menurut saya berkaitan dengan keinginan untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Contoh: Budi dengan banyak teman temannya sedang mengikuti lomba renang.
Motif Budi dan teman temannya (mungkin karena kebanyakan orang seperti ini) ingin mendapatkan penghargaan untuk dibanggakan. Maka sudah jelas motifnya bukan untuk
Subscribe to:
Posts (Atom)