INSTROSPEKSI DIRI MELALUI SEJARAH NUSANTARA DAN INDONESIA.
Generasi
ke 3 dari penduduk yg menghuni teritori nusantara yg waktu itu sedang
di kolonisasi oleh Belanda, dirinya dan penduduk lainnya tidak pernah
merasakan sedang dijajah. Karena begitu mereka lahir, Belanda sudah ada.
Belanda sudah memegang kendali kekuasaan di daerah tempat tinggalnya.
Mereka suka tidak suka, sadar tidak sadar harus bersedia menjalankan
perintah dari sang penguasa.
Dalam alam sadar mereka yaitu generasi
ke 3 sampai generasi sebelum orang2 nusantara yg dikolonisasi belanda
ada yg bersekolah ke luar negeri, kondisi yang ada dan dirasa waktu itu
adalah kondisi yg sudah seharusnya terjadi (wajar).
Mereka merasa
sedang tidak dijajah. Mereka menganggap Belanda sudah seharusnya
mengatur mereka, krn ilmu dan fisiknya lebih di banding dgn mereka
sendiri.
Mereka tidak memiliki pikiran lain, apalagi berpikir untuk
melepaskan dari belenggu penjajahan. Kenapa?... karena mereka penduduk
nusantara yang waktu itu oleh Belanda di sebut inlander belum mengenal
apa itu penjajah dan penjajahan. Dan kalaupun ada ketidak enakan dlm
hidup, mereka hanya sebatas memiliki perasaan diperlakukan tidak adil
saja.
Upaya untuk keluar dari rasa diperlakukan tidak adilpun,
yang dilakukan mereka paling2 hanya sebatas mengeluh diantara
sesamanya, yg sama2 tidak berdaya.
Kalaupun waktu itu sudah ada
yang berani memberontak, motifnya bukan karena digerakan oleh kesadaran
mereka sbg penduduk yg sedang dijajah. Tetapi murni bentuk perlawanan
dari upaya ingin diperlakukan sama oleh pihak Belanda. Dan perlawanannya
pun sporadis tidak didukung oleh nyali seluruh warga penduduk lainnya
dan sifat perlawananya hanya kedaerahan saja. Sehingga perlawanan mereka
terhadap Belanda berahir tanpa hasil.
Dengan kejadian2
perlawanan yg bersifat kedaerahan dan hasilnya nihil diatas, malah
membuat pihak Belanda semakin represif memperlakukan penduduk Nusantara.
Penduduk Nusantara yang sudah menderita semakin sengsara Mungkin
itulah resiko dari gerakan tanggung yang tidak didukung seluruh komponen
penduduk nusantara dan tidak didukung oleh cara berpikir keras dan
cerdas yang mumpuni.
Ketika setelah orang2 nusantara ini
berhasil sekolah ke luar negeri dan pulangnnya membawa ilmu kaum
penjajah, sadarlah mereka bahwa kaumnya yaitu penduduk Nusantara
sebenarnya masuk dalam katagori situasi dan kondisi sedang di jajah.
Maka kemudian kaum intelektual muda waktu itu tergugah untuk bertindak
mulia membebaskan kaumnya dari praktek2 kolonisasi. Dengan ilmu mumpuni
yang telah didapatnya dari luar negeri dan bercermin pd usaha2
pergerakan sebelumnya yg gagal, para intelektual muda ini pada ahirnya
menghasilkan kebijakan berpikir arif. Berdasar dari hasil pikir yang
arif tersebut, strategi dan program pembebasan yg representatif tercipta
secara ajeg, kemudian djalankan dengan disiplin program yg ketat dan
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Akhirnya dgn berpikir keras,
cerdas disertai dgn sikap nasionalis, militansi yang tinggi, niat suci,
rela berkorban tenaga, harta dan nyawa, dengan rahmat dan izin Allah
SWT, lahirlah NEGARA DAN BANGSA INDONESIA TERCINTA YANG BERDASARKAN
PANCASILA.
Tapi sayang setelah sekian tahun berlalu. Sekian lama berselang. sejarah berulang.
Penjajahan bersalin rupa. bukan lagi berwujud manusia. bukan lagi
dengan senjata. bukan lagi dgn merampas kuasa....tetapi dengan cara
MERAMPAS WASPADA ANAK2 BANGSA, melalui ilmu yg ada yg telah
kadaluarsa. melalui fatwa cara2 berebut harta. dan melalui siasat
dogma menapaki anak2 tangga tuk menggapai tahta... Wallahu a lam.
Salam dari sang penyemai vimobora.
No comments:
Post a Comment