Thursday 15 November 2012

TESIS dan ANTI TESIS KEBENARAN MANUSIA


Tesis
premis mayor: manusia mahluk subyektif
premis minor: otak/akal/pikiran bagian dari manusia
premis minor: panca indra adalah bagian dr manusia.
Silogismanya: sesuatu yang dihasilkan akal dan atau pancaindra manusia adalah subyektif...

Anti tesis
Premis mayor : manusia mahluk fitrah.
Premis minor : otak/akal/pikiran bagian dari manusia
Premis minor : panca indra adalah bagian dari manusia
Silogismenya : Sesuatu yang dihasilkan akal dan atau pancaindra manusia adalah Fitrah.

Kemungkinan besar manusia tidak akan tahu dan paham akan kebenaran, namun ia MERASAKAN kebenaran...
Manusia tidak tahu dan paham keadilan, tetapi manusia MERASAKAN rasa keadilan...
Selama manusia membutuhkan barang

yg bernilai ekonomi, maka manusia bukanlah mahluk ekonomi yg tahu dan faham kebenaran ekonomi: produksinya bersifat subyektif, distribusi dan konsumsinya juga demikian...manusia hanya dapat merasakannya (merasa adalah bentuk lain ukuran subyektif)

Kalau kepercayaan yg paling tinggi setiap manusia adalah iman pada Tuhannya (kebenaran dr Tuhannya), dan atas dasar keimanan itu manusia sangat percaya Tuhannya maha kasih sayang, maka wahyu tertulis Tuhannya untuk manusia adalah harus dipercaya sebagai pedoman hidup yg paling lengkap dan paling benar untuk menuntun manusia pada jalanNya. Kalau yang terjadi justru kebalikannya maka kondisi ini bisa disebut hipokrit.

Atas dasar jalan pikiran dan keimanan tersebut, sy mengklasifikasikan ilmu kedalam dua katagori : Ilmu Fitrah dan ilmu Artifisial.

Ilmu Fitrah adalah ilmu yg didasarkan pada wahyu tertulis dan contoh sikap, perilaku dan tindak RasulNya.
Kalaupun manusia ingin bermain-main dengan akal dan pancaindranya, yang paling aman bila grand teorinya diambil dari wahyu Tuhan tertulis (absolut) dan diverivikasi dengan nashNya pula.
Tidak dimulai dgn kebenaran spekulatif yg disimpulkan akal(subyektif) melalui proses penggunaan piranti metode subyektif (krn masih terus diragukandan dipertentangkan) yang pada ahirnya menghasilkan sesuatu yang subyektif pula.
Jadi ilmu fitrah pada prosesnya menggiring manusia pada kebenaran/kehendak Tuhannya.
BENAR, dan salah di dasarkan pada ukuran menurutTuhannya. Senang/bahagia dan sedih , didasarkan ukuran menurutTuhannya, Keadilan dan ketidak adilan didasarkan menurut ukuran Tuhannya, sukses dan tidak sukses didasarkan menurut ukuran suksesTuhannya dan ukuran2 lainnya juga disandarkan pd Tuhannya.
Dengan demikian manusia menyatu dengan Tuhannya (pikirannya, pikiran Tuhan, pancaindranya pancaindra Tuhan, perasaannya rasa Tuhan...wallahu alam).
Dalam tataran proses sosial, ilmu fitrah akan menghasilkan konstruk sistem sosial fitrah, yang sangat cocok dengan manusia sbg mahluk fitrah yg telah diciptakan secara fitrah oleh sang Maha Fitrah.

Ilmu Artifisial merupakan ilmu yang hanya didasarkan pada potensi akal dan atau pancaindra manusia yg subyektif.
Prosesnya di mulai dengan kebenaran yang diprediksi benar (spekulatif), dianalisis dgn akal subyektif dengan verifikasi mempergunakan metoda hasil berpikir subyektif, yang didalamnya parameter2(subyektif) untuk mengukur kebenaran (subyektif). Sehingga bisa dipastikan kebenaran yang dihasilkannyapun adalah kebenaran subyektif.
Oleh karena itu ilmu artifisial mendorong manusia menghasilkan konstruk sistem sosial artifisial pula ( menarik diri dari konstruk fitrah). Maka dengan demikian ilmu artifisial hanya mampu berfungsi/bermanfaat/ hidup di sistem artifisial (unit sosial yng sengaja direkayasa oleh manusia melalui potensi akal pikirannya, spt lembaga/institusi formal/form=bentuk, bentuk yg sengaja dibuat manusia, dimana aturan hasil rekayasa akal pikiran manusia dominan dalam mengatur sikap perilaku dan tindak, sehingga menjadi blue print of behavior arifisial).
Tidak heran bila manusia yang hidup dalam sistem artifisial menyebutnya kehidupan ini adalah maya (bayangan). Kebenaran yang semu.
Sementara mereka yg yang hidup dalam sistem fitrah menyebut kehidupan dunia sebagai kehidupan fana (sementara). Kebenaran tentatif yang relevan dgn dimensi kehidupan selanjutnya..Wallahu alam.

No comments:

Post a Comment