Thursday 15 November 2012

Sekelumit Asal Usul istilah Ilmu.


Kata ilmu berasal dr Bhs Arab 'ilm yg berarti "pengetahuan", lawan kata dari djhal "kebodohan". Kata 'ilm pd satu pihak berkaitan dgn hilm dan pada pihak lain berkaitan dgn sejumlah istilah2 lain, yg definisinya dpt ditemukan dlm artikel2 yang relevan: ma'rifa, fikir, hikma, shu'ur, tetapi kata yang paling erat berhubungan dengannya adalah ma'rifa.
Kata kerja 'alim digunakan dalam Qur'an baik dalam perfect maupun imperfect, dan juga dlm imperative dalam arti "mengetahui", tetapi dalam imperative dan dlm perfect nampaknya ia lebih sering terutama berarti "belajar" (tanpa usaha, sdg bentuk kelima ta'allama digunakan bilamana mengandung pengertian studi mendalam); 'ilm adalah hasil tindakan ini.
Arafa berarti "mengetahui" ttp barangkali sbg akibat dari pengertian tertentu dari jabaran pada zaman dulu, spt 'arif atau 'arraf. Suatu perbedaan nampak pada masa awal pemikiran Muslim antara ma'rifa dan 'ilm. Ma'rifa cenderung digunakan dalam arti pengetahuan yang dicapai melalui perenungan yang mensyaratkan telah adanya kebodohan (djha/jahil) sebelumnya, dan juga pengetahuan yang dilukiskan sebagai spontan. Dengan kata lain, ma'rifa berarti pengetahuan duniawi (secular) dan'ilm berarti pengetahuan ketuhanan, oleh karena itu juga tentang segala sesuatu yg berkenaan dengan agama.
Participle aktif , 'alim, berarti sarjana dalam bidang keagamaan (lihat kata ulama).

Dengan demikian ilmu pengetahuan yang dibatasi oleh kaidah2/prosedur ilmiah yang dimulai dgn perenungan (spekulatif) tidak lah bisa diistilahkan dgn ilmu sebagaimana pengertian di atas. Adapun ilmu pengetahuan alam krn sifat kegiatannya menyangkut objek yang jelas yg tidak membutuhkan perenungan (spekulatif) ttp lebih pada kegiatan struktur berpikir memahami ayat2 kauniah objek kajian (benda yg taat azas/tidak berubah/bersifat universal) yg kemudian direduksi dan dimanipulasi (rekayasa) sbgai bentuk akomodasi antara kehendak manusia (subyek) dengan kehendak azas2 objek (benda/ alam, fisik, materi), masih dalam toleransi pengertian ilmu sbgmana pengertian di atas.

Kesimpulannya ilmu dalam pengertian'ilm, 'alim hanya menjangkau atau mengakomodir Ilmu agama dan ilmu alam, di luar itu berarti masuk ke dalam pengertian ma'rifa. Wallahu a lam.

Catatan kaki:
Hadis mengungkapkan, "carilah ilmu sampai ke negeri China"
Dikaitkan dengan konteks ilmu yang hanya untuk konten agama dan alam/teknologi, berarti yang harus dicari adalah ilmu alam/teknologi, krn china pada saat itu teknologinya sudah maju (ditemukan nya sutra, kertas, bubuk misiu dll).
Tak mungkin menganjurkan mencari ilmu agama yang diyakini sbg agama penutup yang telah disempurnakan. Apalagi menganjurkan mencari ilmu sosial. Knapa? 1. karena dgn mengamalkan Alquran saja, konstruks sistem sosial madani terwujud. Dimana sistem sosial madani ini justru menjadi orientasi ilmu2 sosial (khususnya di Indonesia). 2. karena pada zaman Rosululloh belum ada yang namanya ilmu2 sosial. yg ada baru sebatas Filsafat. Ilmu sosial mencuat pada akhir abad 19, jauh setelah Nabi Wafat.
Andai saja pada saat zaman Nabi Muhammad sudah ada ilmu sosial, pasti Rosulullah tdk akan mengizinkan umatnya untuk mempergunakan dan mempraktekan ilmu sosial tsb, sbb Rosulullah adalah Al amin. yaitu bisa dipercaya bahwa keyakinan terhadap Alquran yg diyakininya sebagai petunjuk hidup yang paling lengkap dan paling layak serta relevan pada setiap zaman, tidak akan berubah. Disamping itu Alquran adalah mukjijat yg bukan hanya untuk dirinya saja tetapi diperuntukan juga pada umatnya sampai umat akhir zaman yang tidak membutuhkan tambahan dari hasil akal manusia.

No comments:

Post a Comment