Thursday 15 November 2012

Pendidikan Dalam Renunganku Seorang


Pendidikan sulit tuk dikatagorikan ilmu, ia adalah fenomena natural/ cultural. dipikiran teu dipikiran, diayakeun maupun ditiadakan, dikondisikeun teu dikondisikeun secara sadar, pendidikan akan tetap ada dan akan berjalan mengiringi pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam ruang dan waktu (fitrah/kodrati).
Adapun pendidikan formal ngaborojol /lahir (dikondisikan dan dikendalikan oleh negara) karena dilatar belakangi oleh keperluan negara dalam mentransformasikan ideologi yang dianut pada warga negaranya, agar warga negara memiliki cara pandang yang sama sebagaimana diinginkan negaranya. Hal ini dipandang perlu agar pemerintah negara dimudahkan dalam mengatur kehidupan bernegara masyarakatnya dlm rangka menuju cita2 negaranya.

Setelah revolusi industri yg mendorong mewabahnya

produksi masal nan gede2an dalam bentuk pabrikasi, pedidikan formal mendapat tambahan muatan, yaitu mencetak manusia (jelema dicetak...siga kueh wae nya) terampil yg dibutuhkan oleh industri untuk meningkatkan produksi ( yang ujung2na mah pemilik modal mendapat margin anu paling badag dibanding kacung/jongos/pekerja).
Mulailah era kapitalisme merajalela. Yang berkuasa dalam era ini adalah mereka2 yang memiliki modal besar, adapun pekerja merupakan mahluk manusia mitra mesin yg mengambdi pada majikannya/sistem demi materi semata (siga jaman jahiliyah, manusia membuat berhala kemudian disembah dan mempengaruhi manusia itu sendiri). Dalam konteks ini, manusia tidak bisa dipungkiri telah masuk ke dalam masa dehumanisasi jilid dua yang laten (tersamar atau sengaja disamarkan).
Jadi jika diambil hasty generalization nya adalah, bahwa SEKOLAH FORMAL MENCETAK (bukan menjaga dan lebih memaknai fitrah) MANUSIA MENJADI MANUSIA YANG ARTIFISIAL SUPAYA MAMPU HIDUP DALAM SISTEM (kehidupan) ARTIFISIAL (pelegalisasian praktek2 dehumanisasi) YANG HANYA MENGEJAR TUJUAN KEPEMILIKAN ATAU PENGUASAAN HAL2 YG BERNILAI ARTIFISIAL (pangkat, jabatan, kekayaan, ilmu2 artifisial).
Tah kalo Pendidikan in formal dan non formal mah kuduna sabalikna tina pendidikan formal....yaitu suatu upaya berjamaah secara ikhlas agar bagaimana manusia terjaga kefitrahannya dari hal2 yang artifisial sepenuhnya. Artinya bahwa dengan kemampuan akalnya yang menghasilkan sesuatu yang artifsial tadi, tidak mempengaruhi fitrah manusia sebagai mahluk mulia (mahluk yg hanya berserah diri pada Khaliknya).
Kebudayaan fisik materi boleh berkembang setinggi atau secanggih apapun, tetapi manusia tetap dalam ke fitrahannya (teu unggah adat). Manusia tidak dikendalikan oleh hasil akalnya, tetapi malah sebaliknya hasil akalnya tersebut yang tetap dalam kendali fitrah manusia sepenuhnya. Dengan kata lain manusia dalam berkehidupan sosialnya tidak dipandu oleh ilmu2 artifisial tetapi dalam habluminannas nya tersebut berpedoman pada wahyu tertulis yang ada dalam kitab sucinya maupun hadist Nabinya, serta hasil ijtihad dari para alim ulamanya ...Wallahu a lam.

No comments:

Post a Comment