Thursday 15 November 2012

Sistem Sosial Masyarakat Baduy Wujud Kehidupan Supra empiris

Bila ada lingkungan masyarakat di dunia, dimana ketenangan, keselarasan hidup menjadi ciri yang sangat mendominasi dalam seluruh segi dan aspeknya dan nilai kemuliaan manusia diletakan diatas nilai2 artifisial, barangkali lingkungan masyarakat Baduy lah salah satu diantara lingkungan masyarakat sejenis yang dipastikan sudah sangat langka dewasa ini.

Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang sangat mandiri. Seluruh kebutuhan dan peralatan hidupnya dari mulai perumahan, pakaian, peralatan memasak, peralatan mata pencaharian mereka penuhi dgn mempergunakan kemampuan sendiri sesuai dengan tradisi turun temurun dan daya dukung lingkungan alamnya.

Mereka tidak tertarik pada ilmu, teknologi, bahasa, tradisi, cara pengobatan, gaya dan pola hidup masyarakat lain yang menjadi out groupnya. Sehingga dengan cara itulah mereka mampu terhindar dari sifat meniru yang dianggapnya sebagai bentuk praktik mencuri/mengambil hak orang/masyarakat lain.
Nampaknya dalam pikiran orang2 Baduy tidak mengenal istilah/konsep ethnosentrisme atau mengunggulkan kebudayaan adat tradisinya sendiri dan juga tidak menganggap kebudayaan adat tradisi masyarakat out groupnya lebih rendah atau lebih tinggi.

Mereka menjalankan dan merawat kebudayaan adat dan tradisinya tersebut lebih besar ditentukan oleh unsur percaya sepenuhnya pada warisan budaya karuhunnya yang dianggapnya sudah merupakan garisan hidup in groupnya dan juga atas dasar keyakinan bahwa tak mungkin karuhun akan memberikan warisan kebudayaan adat dan tradisi sebagai blue print of behavior yang akan mencelakakan dan menyengsarakan keturunannya di perjalanan waktu kehidupan.
Dengan kondisi alam pikiran dan bhatin yang merasa bahagia/puas/senang dengan apa yang dimilikinya tersebut, orang2 Baduy terlindung dari niat merugikan, mengakali dan mencelakakan orang lain. Oleh karena itu juga pada proses menjalani kehidupannya mereka lebih memilih harmoni di banding dengan menjatuhkan pilihan pada praktek kompetisi dan konflik yang menjadi cara hidup hampir seluruh masyarakat dunia karena dianggap sebagai faktor utama terciptanya kemajuan.

Hal di atas dapat terlihat pada dialog antara orang Baduy dengan orang luar Baduy (peneliti) yang di guide nya pada saat menuju perkampungan Baduy dalam. Karena kehausan, si peneliti meminta pada orang Baduy penunjuk jalannya itu untuk mengambilkan kelapa muda yang banyak tumbuh di sepanjang jalan yang sedang dilaluinya. Orang Baduy tersebut menjawab " lain teu daek mangalakeun, ngan teu nyaho saha anu boga tangkal kalapa ieu, jadi kudu kasaha mentana" ( bukannya tidak mau mengambilkan kelapa muda dipohon, hanya saja tidak tahu siapa yang empunya pohon kelapa ini, jadi kepada siapa harus minta izin mengambilnya).

Sikap dan tindak masyarakat Baduy dalam menjalani kehidupan tidak di dorong oleh kecemasan, kesangsian dan ketakutan yang berlebihan sehingga menjadikan mereka seperti manusia2 panikmat hidup yang sebenarnya.
Berpikirnya tidak membuat mereka risau atau stress, sebab berpikir bagi mereka adalah alat untuk menjalankan tradisi, kepercayaan dan keyakinan sekaligus sebagai potensi kontrol dari hal2 yang bisa menyimpangkan arah kebudayaannya tersebut. Masa depan bagi mereka bukan ranah yang harus dipikirkan atau direncanakan, sebab selama mereka taat menjalankan kebudayaannya (petunjuk hidupnya) itulah cara hidup satu2nya yang terbaik dalam menapaki masa depan yang baik.
Tidak aneh bila kemudian masyarakat baduy adalah orang2 yang memiliki tingkat kesehatan jiwa dan raga yang prima karena fungsi dari sisitem sosialnya yang sangat harmonis yang mampu bersinergi secara optimal dengan lingkungan alamnya.

Mungkinkah ilmu2 nomotetik yang diajarkan, dipelajari, diteliti dan dikembangkan dalam seluruh strata pendidikan formal, kemudian akan sampai pada modifikasi konstruks sisitem sosial yang berazas keseimbangan bisa lebih baik dari sistem sosial masyarakat Baduy ???

No comments:

Post a Comment