Sebelum
ada konsep dan praktik-praktik PLS, masyarakat atau unit sosial non
formal telah memiliki sistem berbagi pengetahuan, ilmu dan keterampilan
diantara warganya, yg kemudian dinamakan dgn pranata (sistem)
pendidikan non formal. Dalam prosesnya dilandasi oleh suatu kesadaran
bahwa masyarakat itu tiada lain adalah bentuk dari keluarga yang telah
meluas extended family (gemeinscaft by blood/ gemainscaft by place)
saja. Maka dahulu sebelum warga-warga masyarkat terkontaminasi oleh
konsep PLS dan terpengaruh oleh praktik-praktik PLS , setiap warga
masyarakat menganggap bahwa warga masyarakat lainnya itu adalah saudara.
Apalagi bagi umat Islam. Bukankah kata Rassulullah setiap orang Islam
itu bersaudara. Sehingga dlm pelaksanaan transfer /transformasi
/internalisasi pengetahuan, ilmu dan keterampilan atau proses pendidikan
non formalnya pun tidak perlu transaksional (masak k
e
saudara sendiri segalanya harus perhitungan). Tidak perlu program, tdk
perlu tempat yg khusus. Proses pendidikan non formal bisa berlangsung
dimana saja, mengenai apa saja, dengan siapa saja serta kapan saja.
Tidak dibatasi ruang waktu dan tempat. Sehingga ketidak adaan gedung,
ketidak adaan uang , ketidak adaan undang-undang atau regulasi, ketidak
adaan nara sumber, ketidak adaan legelisasi profesi tidak menjadi factor
penghambat dalam upaya mendapatkan pengetahuan, ilmu dan keterampilan.
Adapun praktek transaksional, program, tempat yang harus khusus untuk
pendidikan dan keharusan formal lainnya adalah tiada lain merupakan
konsep dr produk berpikir formal yg didapat dari pendidikan formal sbg
turunan (implementasi/manifestasi) dari madzhab ilmu positivistik yg
sebenarnya hanya cocok untuk pranata (sistem) unit sosial formal saja,
karena sesuai dgn hakekatnya sbg kesatuan manusia yg sengaja di bentuk
untuk mencari pamrih duniawi semata…Apa kaitannya PLS dengan
positifistik…Bagaimana reasonnya positifistik bisa mewujudkan unit
social formal include di dlmnya system pendidikan formal …Bagaimana
akibatnya bila berfikir dan prakti2 formal (PLS) dipaksakan dalam
praktek2 pendidikan in formal dan nonformal…Apa kaitannya madzhab
positivistic dgn konsep dan terwujudnya kondisi modern…Ada grand
planning apa dibalik upaya getol mereka2 yg dr luar dalam mendifusikan,
mensosialisasikan, mentranformasi, internalisasikan, mempranatakan
(institution), melembagakan (institute), Positifistik …padahal dinegara
mereka sendiri praktek2 nya tidak persis spt di Negara kita….Adakah
dictum-diktum ilmiah yang diselewengkan atau disembunyikan???.....
Bagi teman2 yg bersedia diskusi, mari kita diskusi dgn ikhlas spt cara
diskusinya para sahabat Rosul dan seperti diskusinya para pelopor
filsafat yaitu Socrates dan Plato dan murid lainnya yaitu Aristoteles
yg walaupun berbeda dalam beberapa hal…. Mudah2an insight haq yg bisa
kita dapat.
Bagi teman2 yg bersedia diskusi, mari kita diskusi dgn ikhlas spt cara diskusinya para sahabat Rosul dan seperti diskusinya para pelopor filsafat yaitu Socrates dan Plato dan murid lainnya yaitu Aristoteles yg walaupun berbeda dalam beberapa hal…. Mudah2an insight haq yg bisa kita dapat.
No comments:
Post a Comment