Thursday 15 November 2012

Sebuah Refleksi Rasa Rumasa sbg Mahluk Tiada Daya dan Upaya.


Tak ada satupun mahluk termasuk dari jenis manusia yg telah dianugrahi akal dan qalbu sekalipun dilibatkan Tuhan dalam proses penciptaan kehidupan di alam jagat raya fana ini... MENGAPA ???
Pastilah akal dgn kemampuan mempersepsi dan mengkonsepsi akan menyodorkan berbagai jawaban spekulatif. Dan pastilah jawaban2 yang coba disodorkan akal tersebut tidak akan bisa dikatagorikan benar alias tidak tepat.

Akal hanya akan bisa beroperasi bila ada masukan data data empiris dan pancaindra lah organ tubuh manusia yang memiliki kemampuan

mencerap berbagai fenomena yg bersifat empiris yg kemudian berfungsi menyampaikan data2 empiris tsb pada otak melalui mekanisme biologis yg rumit.
Andai saja Tuhan pada saat menciptakan kehidupan, terlebih dahulu menciptakan manusia dan pd saat proses penciptaan kehidupan tsb manusia ada di samping Nya, niscaya manusia tidak akan mengetahui maksud2 penciptaanNya...MENGAPA???
Karena Allah tidak akan memberitahukannya....MENGAPA ??? karena walau Allah memberi tahu maksud2nya manusia tidak akan paham...MENGAPA ???Karena Allah maha Cerdas...MENGAPA ??? bukankah dgn sifat maha cerdas yg dimiliki Nya, Allah bisa membuat manusia paham ? Karena akal belum bisa berfungsi mengingat pancaindra taat azas, dia diinstruksikan Allah hanya bisa mencerap fenomena2 empiris, sdgkan tempatnya Tuhan adalah transenden. Tapi MENGAPA? bukankah kemaha cerdasaan Allah tidak bisa dibatasi oleh segala sesuatu yg diciptakanNya sendiri ?...Karena pada saat penciptaan kehidupan manusia ENTAH ada dimana, tadi hanya pengandain saja....

Akal nalar tidak akan pernah puas, selalu mengembangkan mengapa, mengapa dan mengapa...??? Memang itulah otak/akal manusia yang selalu tidak puas dgn jawaban2 yang telah didapatnya, sekalipun harus ditebus dgn kerugian waktu dan energi hidupnya, yg mungkin bila dikalkulasikan antara ketidak puasan di banding dgn pengeluaran energi dan waktunya masih berat di ongkos alias tidak mencapai break event point.
Dalam kondisi spt itu manusia biasa suka kena oleh hukum moro peusing ngaleupaskeun julang. Yang artinya ingin mendapatkan sesuatu yg dianggap sebagai yg paling berharga dan dapat membuatnya mencapai kepuasan/kebahagiaan puncak, tetapi melepaskan atau kehilangan sesuatu nilai kepuasan dan kebahagiaan yg ada yg seharusnya bisa dirasa atau direguk pada saat itu juga.

Untuk Jawaban diatas menurut keiminan, yg berhak menjawab sebenarnya adalah qalbu, karena...lagi2 menurut keimanan, Allah telah menyampaikan jawabannya pada dia (kalbu) pada saat perjanjian primordial anatara ruh dan Allah.
Menurut isyarat kalbu yg iman, segala sesuatu yg diketahui (anggapan manusia) dan yg belum diketahui (anggapan manusia juga) yg kemudian menimbulkan kepenasaran ingin mengetahuinya (masih berdasar persepsi manusia juga) di balik itu semua terkandung maksud2 Maha kasih sayang Allah pada mahluknya terutama pada manusia yg berakal dan berkalbu.

Lebih lanjutnya berserah dirilah pada Yg mencipatakan kehidupan seluruh alam jagat raya. Dengan arti lain bila ingin mengetahui segala sesuatu yg belum diketahui berpedomanlah pada wahyu Allah yang telah dituliskan dalam kitab suci dan hadis dimana telah disampaikan pada manusia melalui Nabi2 Nya.
Maka Haqul yakin kebenarannya tidak akan bisa disangsikan lagi mengingat bersifat universal dan abadi ( berlaku benar dari dulu, kemarin, sekarang, esok dan waktu yang akan datang). Percayalah Allah tidak akan pernah membohongi manusia, Karena Dia dzat yang maha mengasihi dan Menyayangi mahluknya terutama pada manusia yg telah diberikan tugas sebagai pemimpin di muka bumi.

Bagi ilmuwan hal ini mengandung isyarat yg sangat berharga bahwa dlm kegiatan mencari kebenaran ilmiahnya, premis yg dikembangkan berangkatlah dari nas nas wahyu dan kemudian hasil penelitiannya di validasilah juga dgn wahyu....Mengingat kita hanya sekedar jenis mahluk diantara jenis mahluk2 lainnya yg diciptakan Allah yang tidak daya dan tidak upaya...Wallahu a lam.

No comments:

Post a Comment